Cogito ergo sum adalah sebuah ungkapan yang diutarakan oleh Descartes, sang filsuf ternama dari Perancis.
Artinya adalah: "aku berpikir maka aku ada". Maksudnya kalimat ini
membuktikan bahwa satu-satunya hal yang pasti di dunia ini adalah
keberadaan seseorang sendiri. Keberadaan ini bisa dibuktikan dengan
fakta bahwa ia bisa berpikir sendiri.
Jika dijelaskan, kalimat "cogito ergo sum" berarti sebagai berikut.
Descartes ingin mencari kebenaran dengan pertama-tama meragukan semua
hal. Ia meragukan keberadaan benda-benda di sekelilingnya. Ia bahkan
meragukan keberadaan dirinya sendiri.
Descartes berpikir bahwa dengan cara meragukan semua hal termasuk
dirinya sendiri tersebut, dia telah membersihkan dirinya dari segala
prasangka yang mungkin menuntunnya ke jalan yang salah. Ia takut bahwa
mungkin saja berpikir sebenarnya tidak membawanya menuju kebenaran.
Mungkin saja bahwa pikiran manusia pada hakikatnya tidak membawa manusia
kepada kebenaran, namun sebaliknya membawanya kepada kesalahan.
Artinya, ada semacam kekuatan tertentu yang lebih besar dari dirinya
yang mengontrol pikirannya dan selalu mengarahkan pikirannya ke jalan
yang salah.
Sampai di sini, Descartes tiba-tiba sadar bahwa bagaimanapun pikiran mengarahkan dirinya kepada kesalahan, namun ia tetaplah berpikir.
Inilah satu-satunya yang jelas. Inilah satu-satunya yang tidak mungkin
salah. Maksudnya, tak mungkin kekuatan tadi membuat kalimat "ketika
berpikir, sayalah yang berpikir" salah. Dengan demikian, Descartes
sampai pada kesimpulan bahwa ketika ia berpikir, maka ia ada. Atau dalam
bahasa Latin: COGITO ERGO SUM, aku berpikir maka aku ada.
Sumber: http://id.wikipedia.org
Pada zaman Yunani kuno, Aristoteles (abad ke-4 SM) telah menyatakan bahwa manusia adalah "animal rational" (hewan yang rasional atau hewan berpekir). Zaman intu telah banyak orang mulai percaya bahwa akal manusia juga sebagai sumber kebenaran tertinggi. namun setelah abad Yunani kuno mulai berakhir, maka berkembanglah zaman religi di abad pertengahan (The Belief Age). Zaman yang manusianya berkondisi mati akal. Akal Manusia telah segaja dikuburkan dan di bekukan. Baru setelah abad ke-1 Descrates ingin membangkitkan manusia dari peradaban agar manusia sadar kembali, dalam arti "bangkit untuk berpikir"
Sumber: Buku Metode Penelitian Sosial "Berbagai Alternatif Pendekatan" Edisi Revisi